Malam ini terlalu ramai oleh televisi dan lampu yg belum
sempat ku matikan.
Sinar lampu menemani ku menjamah computer ini untuk bisa
menjelajah ke semua pelosok, tapi tidak untuk hati mu.
Sudah bosan ku membuat sebuah tulisan tentang
malam,dingin,sepi bahkan suatu hubungan yg sedikit mengharukan ini.
Tak usahlah untuk kali ini….
Lalu apa….
Coba saja ku tulis, tanpa harus ku bayangkan bagian akhirnya
dan membayangkan kamu
Baiklah…
Rencana ku sudah matang untuk kesana, pengorbanan pun sedang
ku jalani
Pengorbanan yg belum merenggut sesuatu dari ku, tapi lebih
tepatnya hanya sebuah hawa nafsu yg sangat ganas
Kami berencana pergi ke suatu tempat, tempat dimana yg
membuat kami tidak pernah berfikir kematian itu ada
Di sana indah, sangat indah
Masih sedikit tangah nakal manusia yg iri pada tempat itu
karena tempat indah itu mengalahkan tahta dan perhiasan mereka.
Bukan rahasia anak kecil memang, dan bukan rahasia yg lewat
bisikan anak kecil dari mulut satu ke telinga lain begitu pun seterusnya, tapi
ini rahasia seluruh umat manusia yg malu dan takut ketika akan bertemu
penciptanya dan seseorang yg melontarkan sebuah pertanyaan.
“kamu tau tidak, yg kamu lakukan itu merusak alam, bagaimana
kita bisa menjaganya hingga anak cucuk kita nanti”
Lalu mereka pun menjawab dengan sedikit bingung dan takut
“tidak apa-apa ini hanya sedikit doang ga akan berarti luas”
Sedih memang, ah… maafkan aku dan yg lain alam….maaf kan
kami tuhan.
Lapisan bumi yg menurut ku itu misterius, tipis kata mereka
yg ahli setipis kepedulian mereka, lapisan ozon namanya. Kata mereka lapisan
itu bocor seperti rumah ku saat hujan, dan seperti hati ku saat angin masa lalu
berhembus menerpa rambut pendek ku.
Dan sungai kini bukan lagi banjir akan ikan segar, melainkan
sampah seluruh umat. Ada kasur, pakaian, limbah industri, kondom, bahkan ada mayat
disana.
Apakah kita akan sadar, Jika.....
Jika kita hidup dikesunyian, apakah itu cukup untuk membuat
kita berfikir kalau kita ini rentah dan rapuh. saat burung yg hinggap di ranting
pohoh menggelar orchestranya lalu kita pasti berfikir
“burung itu indah bulunya, kicauannya pun cocok untuk menyambutku saat ku buka jendala rumah saat pagi hari”
“burung itu indah bulunya, kicauannya pun cocok untuk menyambutku saat ku buka jendala rumah saat pagi hari”
Jika ada tempat pengaduan HAM untuk hewan pasti mereka
banyak yg mengadu dan memperkarakan manusia ke meja hijau bagi mereka yg
memperlakukannya layaknya hewan tak berasal.
Namun terimakasih, ternyata kesunyian malam ini tak
membuatku lupa, masih banyak di luar sana manusia yg sepemikiran dengan ku,
kalau alam itu untuk kita nikmati dan jaga bukan tempat pembuangan yg
menggunung.
Ku janji setiap senja kami akan terus tertawa ke arah
kerajaan awan yg megah di sana, sedikit melepas lelah dari hingar bingar aktivitas layaknya manusia biasa.