Senin, 08 April 2013

Senja Mereka Masih Sama


Anak kecil yg baru bangun dari tidur siangnya, wajahnya lugu sepertinya emosi sudah hilang dari raganya. Sedikit bingung dia menyambar temannya yg sedang asik bermain. Sebuah permainan masa kecil mereka yg nanti pun akan punah oleh waktu.

Anak itu masih malu-malu untuk memulai, hal yg mengasyikan ini namun aneh bagi orang dewasa.

“ayo sini, kita main”

Dengan wajah yg sumingrah dia pun menghampiri segerombolan geng yg sangat amat menghargai hidupnya.

“kita akan main ini saja, tapi jangan ada yg sirik yah yg sirik bubar”

Sebuah permainan yg tak asing bagi dunia anak dan orang dewasa telah dipilih mereka, kaki kecil mereka 
mulai berlari ke posisi masing-masing, membentuk sebuah formasi yg amat sangat indah, layaknya formasi burung kecil yg sedang bermigrasi menuju tempat yg lebih hangat.

Benda bulat itu adalah target mereka, mau tidak mau mereka harus memasukannya ke sebuah tiang yg membentuk persegi.

Keringat itu bercucuran, deras dari pori-pori kulit mereka. Terdengar keras sekali nafas mereka yg sepertinya sedang berpacu layaknya jantung mereka yg berdetak lebih cepat dari saat mereka hanya duduk di bangku sekolah.

Seketika tiga hingga empat puluh lima menit mereka asyik dengan kebahagiaan itu dan sedikit gumalan kecil teman satu team yg kecewa, mereka pun menyudahkan permainan itu.

Dibawah langit senja pukul lima menuju enam sore, mereka melihat langit penuh dengan gelora merah sang senja itu sendiri. Bercita-cita, bermimpi, tertawa bersama. Walau ada yg berbeda tapi mereka selalu tetap menghormati.

Seketika waktu berputar dan mereka tak mampu menyadarinya, tumbuh lah buah jakun di tenggorokannya memaksa suaranya lebih besar dan tubuh mereka pun berubah muncul bercak-bercak kecil di wajah ketika mereka menyukai sesosok wanita idaman, itu jerawat!

Tapi langit senja sore itu pun masih sama namun berbeda waktu dan masa, mereka ingin sekali menjadikan senja itu sebuah acuan untuk bahagia bersama sama seperti waktu mereka masih kecil dahulu.
Sedangkan anak lugu yg baru bangun tidur siang tadi sudah mendahului temannya dia kini tidur dan tak akan kembali lagi, jiwanya mendoakan teman kecilnya dari atas sana melirik tawa kecil temannya dari kesibukannya melalui lubang gelora merah sang senja. Tempat bersandingnya untuk selamanya itu pun kini ramai bunga dari teman serta orang yg mencintainya hingga mereka bersama kembali. 

Setidaknya anak itu sudah merasakan kebahagiaannya, lalu ia bersyukur pergi tenang mendahuli teman kecilnya. Bahagia bagi dia itu sangat sederhana, seperti kamu menyakini tuhan mu dan semua ciptaannya termasuk bahagia dan sedih.

Kamu? Sudah? Galaunya sudah belum?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar