Rabu, 24 April 2013

Jangan Kau Bertambah Tua Alam


Malam ini terlalu ramai oleh televisi dan lampu yg belum sempat ku matikan.
Sinar lampu menemani ku menjamah computer ini untuk bisa menjelajah ke semua pelosok, tapi tidak untuk hati mu.

Sudah bosan ku membuat sebuah tulisan tentang malam,dingin,sepi bahkan suatu hubungan yg sedikit mengharukan ini.

Tak usahlah untuk kali ini….

Lalu apa….

Coba saja ku tulis, tanpa harus ku bayangkan bagian akhirnya dan membayangkan kamu

Baiklah…

Rencana ku sudah matang untuk kesana, pengorbanan pun sedang ku jalani
Pengorbanan yg belum merenggut sesuatu dari ku, tapi lebih tepatnya hanya sebuah hawa nafsu yg sangat ganas

Kami berencana pergi ke suatu tempat, tempat dimana yg membuat kami tidak pernah berfikir kematian itu ada

Di sana indah, sangat indah

Masih sedikit tangah nakal manusia yg iri pada tempat itu karena tempat indah itu mengalahkan tahta dan perhiasan mereka.

Bukan rahasia anak kecil memang, dan bukan rahasia yg lewat bisikan anak kecil dari mulut satu ke telinga lain begitu pun seterusnya, tapi ini rahasia seluruh umat manusia yg malu dan takut ketika akan bertemu penciptanya dan seseorang yg melontarkan sebuah pertanyaan.

“kamu tau tidak, yg kamu lakukan itu merusak alam, bagaimana kita bisa menjaganya hingga anak cucuk kita nanti”

Lalu mereka pun menjawab dengan sedikit bingung dan takut

“tidak apa-apa ini hanya sedikit doang ga akan berarti luas”

Sedih memang, ah… maafkan aku dan yg lain alam….maaf kan kami tuhan.

Lapisan bumi yg menurut ku itu misterius, tipis kata mereka yg ahli setipis kepedulian mereka, lapisan ozon namanya. Kata mereka lapisan itu bocor seperti rumah ku saat hujan, dan seperti hati ku saat angin masa lalu berhembus menerpa rambut pendek ku.

Dan sungai kini bukan lagi banjir akan ikan segar, melainkan sampah seluruh umat. Ada kasur, pakaian, limbah industri, kondom, bahkan ada mayat disana.

Apakah kita akan sadar, Jika.....

Jika kita hidup dikesunyian, apakah itu cukup untuk membuat kita berfikir kalau kita ini rentah dan rapuh. saat burung yg hinggap di ranting pohoh menggelar orchestranya lalu kita pasti berfikir
“burung itu indah bulunya, kicauannya pun cocok untuk menyambutku saat ku buka jendala rumah saat pagi hari”

Jika ada tempat pengaduan HAM untuk hewan pasti mereka banyak yg mengadu dan memperkarakan manusia ke meja hijau bagi mereka yg memperlakukannya layaknya hewan tak berasal.

Namun terimakasih, ternyata kesunyian malam ini tak membuatku lupa, masih banyak di luar sana manusia yg sepemikiran dengan ku, kalau alam itu untuk kita nikmati dan jaga bukan tempat pembuangan yg menggunung.

Ku janji setiap senja kami akan terus tertawa ke arah kerajaan awan yg megah di sana, sedikit melepas lelah dari hingar  bingar aktivitas layaknya manusia biasa.

Jadi akhirnya cerita ini bukan tentang cinta, melainkan tentang cinta kepada alam.
everyday is your day, yeah it's earthday!





Sabtu, 20 April 2013

Pekat Warna dari Anak Sejuta Gambar


Sedikit mengulas masa, ini lebih pekat dari pena berwarna-warni kala itu
Disini hanya tersisa hitam dan putih kertas hasil fotocopy

Seandainya bicara tentang pekat

Awan mendung yg menghasilkan petir lebih pekat membasahi area sedih dalam hati
Kilatnya seperti cahaya dari lesa video, sepertinya dia mengajak kembali ke sana
Tempat penuh lumpur yg membentuk jejak tangan kita yg sempat menapak di tanah bercampurkan air, melukiskan bekas jejak langkah kita yg begitu bahagia dibaca

Yah namanya juga waktu

Entah karena pekerjaannya hanya itu atau dia yg senang begitu
Meninggalkan mereka yg hanya diam dimasa lalu, tanpa mau membuat jalannya sendiri ke tempat sejuta pelangi

Aku senang mendengar rintihan kesal akan masa lalu dari angin yg menyelinap di antara dedaunan yg saling bergesekan
Dia itu selalu tenang, selalu nikhmat untuk ku nikmati semuanya
Tidak seperti ombak, lihat saja dia hari ini….
Hari yg penuh angin masa lalu membuatnya kesal, sampai-sampai dia mau menghancurkan karang

Tak apalah, selama anak sejuta gambar masih mau melukis bahagia dalam setiap gambarnya..
Tak lupa menyisipkan warna coklat dalam gambarnya….

Coklat yg menggambarkan kenangan seperti tanah yg telah rapuh dan berpadu degan debu di udara sulit utk menemukannya lagi

Senin, 08 April 2013

Senja Mereka Masih Sama


Anak kecil yg baru bangun dari tidur siangnya, wajahnya lugu sepertinya emosi sudah hilang dari raganya. Sedikit bingung dia menyambar temannya yg sedang asik bermain. Sebuah permainan masa kecil mereka yg nanti pun akan punah oleh waktu.

Anak itu masih malu-malu untuk memulai, hal yg mengasyikan ini namun aneh bagi orang dewasa.

“ayo sini, kita main”

Dengan wajah yg sumingrah dia pun menghampiri segerombolan geng yg sangat amat menghargai hidupnya.

“kita akan main ini saja, tapi jangan ada yg sirik yah yg sirik bubar”

Sebuah permainan yg tak asing bagi dunia anak dan orang dewasa telah dipilih mereka, kaki kecil mereka 
mulai berlari ke posisi masing-masing, membentuk sebuah formasi yg amat sangat indah, layaknya formasi burung kecil yg sedang bermigrasi menuju tempat yg lebih hangat.

Benda bulat itu adalah target mereka, mau tidak mau mereka harus memasukannya ke sebuah tiang yg membentuk persegi.

Keringat itu bercucuran, deras dari pori-pori kulit mereka. Terdengar keras sekali nafas mereka yg sepertinya sedang berpacu layaknya jantung mereka yg berdetak lebih cepat dari saat mereka hanya duduk di bangku sekolah.

Seketika tiga hingga empat puluh lima menit mereka asyik dengan kebahagiaan itu dan sedikit gumalan kecil teman satu team yg kecewa, mereka pun menyudahkan permainan itu.

Dibawah langit senja pukul lima menuju enam sore, mereka melihat langit penuh dengan gelora merah sang senja itu sendiri. Bercita-cita, bermimpi, tertawa bersama. Walau ada yg berbeda tapi mereka selalu tetap menghormati.

Seketika waktu berputar dan mereka tak mampu menyadarinya, tumbuh lah buah jakun di tenggorokannya memaksa suaranya lebih besar dan tubuh mereka pun berubah muncul bercak-bercak kecil di wajah ketika mereka menyukai sesosok wanita idaman, itu jerawat!

Tapi langit senja sore itu pun masih sama namun berbeda waktu dan masa, mereka ingin sekali menjadikan senja itu sebuah acuan untuk bahagia bersama sama seperti waktu mereka masih kecil dahulu.
Sedangkan anak lugu yg baru bangun tidur siang tadi sudah mendahului temannya dia kini tidur dan tak akan kembali lagi, jiwanya mendoakan teman kecilnya dari atas sana melirik tawa kecil temannya dari kesibukannya melalui lubang gelora merah sang senja. Tempat bersandingnya untuk selamanya itu pun kini ramai bunga dari teman serta orang yg mencintainya hingga mereka bersama kembali. 

Setidaknya anak itu sudah merasakan kebahagiaannya, lalu ia bersyukur pergi tenang mendahuli teman kecilnya. Bahagia bagi dia itu sangat sederhana, seperti kamu menyakini tuhan mu dan semua ciptaannya termasuk bahagia dan sedih.

Kamu? Sudah? Galaunya sudah belum?

Sabtu, 06 April 2013

Terimakasih, Hoodie

Kenapa kita mempunyai mata di depan?
Kenapa kita mempunyai pikiran yg di dalamnya kadang ada sebuah kenangan?

Namun jika aku kembali ke jalan ini, penuh lubang memang dan sedikit berdebu cinta waktu lalu
Seperti seluruh atom bagian dari jalan ini menarik ku kembali
Mereka menghipnotis ku
Kenapa tidak memang aku yg kadang memintanya

Hoodie ini menjadi senjarah ramah tamahnya
Ketika langit sedih meliahat sepasang jiwa muda yg tak bisa memiliki jalan mengendarai motor bersama
Tangan lembutnya menutupkan kepala dengan  hoodie itu
seperti sedang mengajak untuk menyambung kembali sebuah asmara

Amara cinta itu seperti badai namun hangat sekali di dada
Seperti benda tumpul namun menusuk sekali ke roman

Ku dekapnya, memeluknya dan......
Dan itu hanya terbesit dalam pikiran ku saja

Hitam, Lembut, Besar dan Hangat
Terimakasih hoodie

Tegas Ku

Kali ini apa
Lalu bagaimana
Dengan siapa
Untuk apa

Seperti cara ku untuk selalu melihat senja setiap sore
Begitu indah hingga intuisi ku mengalir deras
Tak ku biarkan tanda tanya menutupi segelanya
Terlalu banyak alasan, ku buang saja sampai ujung hidung ku

Rumor mengatakan aku ini egois
Celetukan yg terdengar di balik ilalang itu seperti bagian bahagia yg lupa ku bawa
Dia begitu marah karna semuanya yg hanya sendiri di antara sekat dinding rumah ku yang sempit

Aku akan kembali, itu pasti tegas ku
Bukan sebagai ksatria yg baru bangun dari tidurnya
Tapi hanya sekedar sebagai pengamat kebahagiaan mu
Terlalu resah bagi ku mengintip tawa mu dari layar datar ini

Dan... Bila mana tak akan ada tanda titik untuk mengakhiri sebuah cerita
Kata bahagia atau apapun ucapan terimakasih
Anak kecil yg jatuh terselungkur setelah disentuh keras oleh temannya itu selalu menjadi orator untuk melanjutkan permainannya.

Dan Tanda Tanya  ini ku ubah menjadi burung
Minimal bulu halusnya yg terlepas saat terbang
Terbang bagai masalah itu hanya sebuah pemikiran kosong belaka
Yang ada bagiku adalah sebuah denotasi dari semua sudut lekukan bayangan mu
Konotasi yg ada hanya bualan kalau konotasi itu benar ada

Jumat, 05 April 2013

Ditemani Batu Buku


Kamu berada diantara senja yg ingin pergi untuk bersembunyi dari kerasnya malam.
Kamu berjanji untuk terus ada dalam setiap detik waktu di dunia ini entah itu bagian mana.
Di dalam malam yang katanya begitu sunyi tapi tidak bagiku dalam suatu penantian.
Begitu lama menanti, menimbulkan percikan amarah yang teredam oleh para dinding.


Disaat tak ada lagi penghalang diantar awan gelap dan manusia yang gelisah, pasti semuanya sudah banyak yang mengeluh.
Kenapa harus ada air yang jatuh disaat waktu yang begitu indah, ah air mata ini begitu resah dirasakannya.

Aku sempat menemui lorong gelap, mulai berfikir..... betapa ragunya aku untuk memulai percakapan yang ada di dalam otak ku ini.
Sosok itu begitu bahagia, maukah dia sekedar mencicipi bahagia yang ku janjikan.

Kipas angin disamping ku ini seolah senang untuk berputar, menebarkan aroma masa lalu bagi ku.
Ah Sial!!!.... 
Aroma itu tak bedanya seperti bau dari asap kendaraan yang sedang merasakan sakitnya.

Sambil menunggu dinginnya malam semakin sombong aku terus berpikir dimalam itu.
Malam itu tidak salah, dinginnya malam juga tidak salah, kamu dan masa lalu mu itu juga tidak lebih tepatya masa lalu kamu dan aku yang berlaga actor untuk terjun di dalamnya.

Bagiku teman yang setia adalah buku, buku dari semua penyair yang seolah mereka sudah membaca semua keluh kesah ku.
Dan batu ini tempat dimana aku berkaca, betapa hebatnya batu meski semuanya menginjaknya dia pun masih kokoh pada tujuan awalnya.
Semuanya tentang bagaimana ikan yg pergi beribuan mil jauhnya, begitu hidup bagiku.
Sampai nanti aku pergi dari masa lalu yang begitu nyaman menusuk urat emosi ku.

Rabu, 03 April 2013

Terimakasih Bintang

Banyak di luar sana orang pesimis setelah mereka bertemu kamu. bukan kamu bagi ku tapi kamu bagi mereka. bukan disaat kamu berada diantara kami tapi setelah kamu pergi melangkah lewat gang kecil dan sempit itu.

Setelah itu aku pernah memikirkan untuk tak usah sempat bermimpi saja.
kenapa tidak tak usah, kamu yang pergi saja tak memberiku alasan. alasan yang menurutmu itu sebuah dilema tapi keharusan bagiku. untuk sekedar tau betapa bahagianya kamu di ujung sana.

Aku tak sempat berkedip, aku tak sempat melirik dan aku hanya mengusap. bukan hanya mengusap air mata di pipi yang bosan ku rasakan melainkan mengusap jejak kecil mu di tangan ku membuang sempurna suara mu di dinding-dinding pikiran ku.

kini... yah kini....
pepatah atau orang pintar di sana pernah bilang kepada ku "move on lah nak, hidup mu tak cukup hanya dengan bergalau"
terima kasih pak!

Kamu mungkin sekarang sudah merasakan awan indah di sana yang dulu kamu impikan melihat dengan jelas bintang yang seperti berada tepat di depan kedua mata mu. bagi ku melihat kamu sekarang seperti kamu itu bintang itu, jauh memang dekat juga memang....

kamu bagi ku adalah sebuah pijakan
kamu bagi ku adalah sebuah acuan
kamu bagi ku adalah mimpi yang tertunda

terimakasih bintang